• Perbaiki atau Hilangkan

    Suatu hari, seorang teman menceritakan sebuah lelucon tentang seorang polisi. Dalam ceritanya, adalah petugas polisi yang menghampiri seorang pria yang sedang menumpuk batu di tengah jalan.

    Polisi bertanya, “Untuk apa kamu menumpuk batu-batu ini di tengah jalan?”

    Pria itu mengangkat kepala, menghentikan pekerjaannya, dan dengan serius menjawab, “Batu-batu ini bisa jadi tempat lampu, Pak!”

    “Untuk apa kamu membuat tempat lampu?” tanya polisi dengan heran. (more…)

  • Pusingnya jadi Pengusaha

    Banyak yang mengupas enaknya menjadi pengusaha. Biasanya terbayangkan enaknya punya jam kerja fleksibel, bisa mengubah dunia, menjadi bos bagi diri sendiri, atau bisa menciptakan penghasilan tak terbatas. Bagi sebagian orang lagi, bisa menciptakan lapangan kerja mungkin menjadi misinya. 

    Intinya, jadi pengusaha itu bagus dan keren. Tak heran seminar menjadi pengusaha banyak yang laku. Menjadi karyawan identik dengan kebalikan pengusaha. Jam kerja ngga fleksibel, ada aturan yang membatasi, penghasilan ada patokannya, dan tentu saja punya bos. Rasa-rasanya tidak ada atau tidak banyak seminar menjadi karyawan sukses.  (more…)

  • Lemari Buku Baru: Cerita IKEA Effect!

    Saya dan istri memutuskan membeli lemari untuk menampung buku-buku yang makin menumpuk tidak karuan di ruang kerja. Setelah mencari cukup lama, akhirnya diputuskanlah untuk membeli lemari putih dari IKEA, dengan pintu kombinasi kaca dan kayu. Lemari yang cantik.

    Bagi Anda yang sudah kenal IKEA, atau pernah berbelanja di IKEA, tentu paham bahwa kita akan diberikan unit yang belum dirakit. Komponen-komponen dan beberapa bilah kayu yang jika dipasang dengan benar akan menjadi persis seperti unit contoh. Pulang ke rumah, saya mengambil perkakas yang dibutuhkan dan mulai merakit. Persis seperti bermain LEGO.

    Saya menghabiskan 2-3 jam untuk merakit penuh 2 unit lemari tersebut. Pada lemari kedua, salah satu pintu ternyata tidak terpasang dengan rata, selisih ketinggian 1 milimeter dengan pintu lainnya. Tapi setelah saya lihat dan pandangi dari beberapa sudut, ah tidak signifikan, tidak ada yang melihat itu selain saya. Saya yakin, istri saya juga tidak akan notice kecuali ia membaca artikel ini.

    IMG_0266

    Cantik sekali lemari itu setelah dirakit. Beberapa kali saya pandangi dalam 2-3 hari ini. Sedikit narcistic, saya cukup kagum dengan hasil karya ini. Hingga kemudian saya membaca 1 riset yang menghasilkan terminologi The IKEA Effect!

    Hasil riset ini menunjukkan bahwa ketika orang menggunakan tenaga mereka sendiri untuk membangun sebuah produk tertentu, mereka memberi nilai lebih daripada jika mereka tidak menempatkan usaha apapun ke proses pembentukannya, bahkan jika hasil pekerjaan ini kurang baik.

    Prinsipnya adalah jika kita telah menginvestasikan waktu dan tenaga saya membuatnya, maka kita cenderung memberi valuasi lebih atas hasilnya, walaupun hasilnya jelek. Menarik! Nah, bagaimana Anda menggunakan IKEA Effect ini di perusahaan Anda?

    The “IKEA Effect”: When Labor Leads to Love: http://www.hbs.edu/faculty/Publication%20Files/11-091.pdf

  • Luwuk Trip

    Sekitar 7 tahun lalu sempat ada urusan kantor di Makasar, sempat diajak klien ke kedai kopi yang katanya sudah jadi legenda di sini, Phoenam. Kemudian sempat ada beberapa kali lagi ke Makasar, termasuk transit ke Papua, tetapi ya sudah lama sekali.

    Nah, setelah sekian lama, akhirnya ke Sulawesi lagi. Transit di Makasar sejam dan mampir di outlet Phoenam di Bandara, sebelum melanjutkan penerbangan dengan ATR-72-nya Garuda Indonesia ke kota kecil bernama Luwuk.

    2014-11-02 15.57.57

    Pengalaman unik lainnya adalah pesawat Garuda yang kami tumpangi berkapasitas 80 penumpang, sementara penumpang pada penerbangan kali ini sekitar 20. Apa yang unik? Pada saat boarding, saya yang sudah check in di kursi nomor 3 dari depan, diberitahu bahwa saya termasuk penumpang yang dipindahkan ke belakang. Why? Ternyata agar pesawat seimbang. Glek. Baru kali ini mengalami kejadian ini. Cukup mengerikan. Mengingat, tanpa dibilang seperti itupun kita sudah cukup serem naik pesawat yang lama perjalanannya tergantung kecepatan dan arah angin.

    2014-11-02 17.26.49-2

    Luwuk ditempuh sekitar 1 jam 20 menit dari Makasar. Bandara Luwuk (LUW) ini namanya Syukuran Aminudin Amir. Ga dapat info arti namanya, mungkin bandara ini dibangun dalam rangka syukurannya Pak Aminudin.
    Bandara ini sangat kecil, tetapi jauh lebih baik daripada Malang. Sepertinya ini bukan eks militer, tetapi lebih ke bandara perintis untuk penerbangan terbatas. Sekarang sudah ada beberapa penerbangan terjadwal setiap harinya. Bandara ini sepintas mengingatkan akan bandara Supadio di Semarang, runway persis di tepi laut. Nice view.

    2014-10-31 16.31.49-1

    Setelah tiba, supir dari klien sudah menjemput. Berhubung sudah jam 5an sore, langsung saja saya dan rekan meminta diantarkan ke tempat makan paling enak di Luwuk. Katanya sih Rumah Makan Maros, yang menyediakan ikan bakar segar. Slurp.

    2014-10-31 16.57.55

    Rumah makan ini ada di tepi laut, viewnya asyik ya.

    Dan ikan bakarnya (sialnya lupa difoto), adalah kerapu bakar terenak yang pernah mampir ke lidah ini. Maknyoos. Makjanggg mungkin kalau keluar dari mulut orang Pekanbaru 🙂

    Today and tomorrow are going to be a tough day. Need to bring the awareness of teamwork in project management. Wish us luck!  Post event update: we have delivered perfectly fine.

    View from our hotel:
    2014-11-01 05.52.31

  • Imitation of Life

    Pagi ini sambil kerja dan pilih album secara random malah dapatnya Imitation of Life-nya REM. Unplugged! It’s like the best version of Imitation of Life.

    Imitation of Life ini ada ceritanya. Dirilis tahun 2001 dan lagu ini sempat jadi favorit di zaman kuliah. Genre alternative rock-nya REM ini sama dengan genrenya Matchbox Twenty. Dan Imitation of Life populer berbarengan dengan Mad Season-nya Matchbox Twenty (album dimana mereka ganti nama dari angka ke huruf).

    Dari judulnya saja, sudah unik: Imitasi Hidup. Ini ternyata sangat relevan dengan apa yang terjadi saat ini. Begini, REM menggunakan istilah ini untuk mereka dan kita yang mungkin selama ini hidup dalam kepalsuan. Mencari hal yang salah, menjalani hidup yang salah. Imitasi dari hidup yang nyata. Berat 🙂

    Coba perhatikan liriknya:

    Thats sugarcane that tasted good.
    Thats cinnamon, thats Hollywood.
    C’mon, c’mon no one can see you try.

    No one can see you try. Kita hidup dalam kepalsuan karena ingin terlihat sesuai dengan apa yang kita ingin orang lain lihat. Tapi itu bukan kita. Kita akhirnya mencoba keras, melakukan ini itu, padahal semua orang tahu: fake.

    Lalu,

    You want the greatest thing
    The greatest thing since bread came sliced.
    You’ve got it all, you’ve got it sized.
    Like a Friday fashion show teenager
    Freezing in the corner
    Trying to look like you don’t try.

    So, what life are we living?