Common Sense, Nonsense, and Everything in Between

Lemari Buku Baru: Cerita IKEA Effect!

Saya dan istri memutuskan membeli lemari untuk menampung buku-buku yang makin menumpuk tidak karuan di ruang kerja. Setelah mencari cukup lama, akhirnya diputuskanlah untuk membeli lemari putih dari IKEA, dengan pintu kombinasi kaca dan kayu. Lemari yang cantik.

Bagi Anda yang sudah kenal IKEA, atau pernah berbelanja di IKEA, tentu paham bahwa kita akan diberikan unit yang belum dirakit. Komponen-komponen dan beberapa bilah kayu yang jika dipasang dengan benar akan menjadi persis seperti unit contoh. Pulang ke rumah, saya mengambil perkakas yang dibutuhkan dan mulai merakit. Persis seperti bermain LEGO.

Saya menghabiskan 2-3 jam untuk merakit penuh 2 unit lemari tersebut. Pada lemari kedua, salah satu pintu ternyata tidak terpasang dengan rata, selisih ketinggian 1 milimeter dengan pintu lainnya. Tapi setelah saya lihat dan pandangi dari beberapa sudut, ah tidak signifikan, tidak ada yang melihat itu selain saya. Saya yakin, istri saya juga tidak akan notice kecuali ia membaca artikel ini.

IMG_0266

Cantik sekali lemari itu setelah dirakit. Beberapa kali saya pandangi dalam 2-3 hari ini. Sedikit narcistic, saya cukup kagum dengan hasil karya ini. Hingga kemudian saya membaca 1 riset yang menghasilkan terminologi The IKEA Effect!

Hasil riset ini menunjukkan bahwa ketika orang menggunakan tenaga mereka sendiri untuk membangun sebuah produk tertentu, mereka memberi nilai lebih daripada jika mereka tidak menempatkan usaha apapun ke proses pembentukannya, bahkan jika hasil pekerjaan ini kurang baik.

Prinsipnya adalah jika kita telah menginvestasikan waktu dan tenaga saya membuatnya, maka kita cenderung memberi valuasi lebih atas hasilnya, walaupun hasilnya jelek. Menarik! Nah, bagaimana Anda menggunakan IKEA Effect ini di perusahaan Anda?

The “IKEA Effect”: When Labor Leads to Love: http://www.hbs.edu/faculty/Publication%20Files/11-091.pdf

Common Sense, Nonsense, and Everything in Between