Common Sense, Nonsense, and Everything in Between

Perbaiki atau Hilangkan

Suatu hari, seorang teman menceritakan sebuah lelucon tentang seorang polisi. Dalam ceritanya, adalah petugas polisi yang menghampiri seorang pria yang sedang menumpuk batu di tengah jalan.

Polisi bertanya, “Untuk apa kamu menumpuk batu-batu ini di tengah jalan?”

Pria itu mengangkat kepala, menghentikan pekerjaannya, dan dengan serius menjawab, “Batu-batu ini bisa jadi tempat lampu, Pak!”

“Untuk apa kamu membuat tempat lampu?” tanya polisi dengan heran.

Si pria menjawab dengan yakin, “Ya supaya kalau malam kendaraan bisa melihat batu-batu ini dan tidak menabraknya, Pak!”

Lelucon ini mengingatkan saya kepada salah satu kalimat Peter Drucker:

“Nothing is less productive than to make more efficient what should not be done at all.”
Artikel ini saya tulis setelah mengikuti satu sesi review dan presentasi dalam proyek problem solving di perusahaan klien SSCX. Dalam salah satu proyek SSCX yang menurut saya paling menarik dan menantang itu, CEO perusahaan terlibat aktif pada sesi review ini.

Pada salah satu sesi, seorang problem solver menyampaikan bahwa ia membutuhkan semacam pembungkus dari plastik untuk mencegah cipratan minyak pelumas. CEO yang brilian itu memberi salah satu pertanyaan provokatif yang mengubah arah diskusi, “Apakah ada alat yang tidak membutuhkan minyak pelumas?”

Dapatkah Anda melihat perbedaannya? Kadang kita sibuk memikirkan solusi untuk masalah yang kita hadapi. Padahal, masalah tersebut sebaiknya tidak diperbaiki. Alih-alih memberikan solusi perbaikan, seharusnya kita mengambil langkah untuk langsung menghilangkannya. Mengapa? Karena kadang proses yang mendatangkan masalah tidak memberikan value sama sekali pada hasil akhir proses. Seringkali kita mudah terpancing untuk menuntaskan masalah yang ada, tanpa benar-benar memikirkan apakah masalah tersebut sebenarnya bisa dituntaskan dengan mengganti cara atau langkah kerja.

Kita sebenarnya dapat mulai melakukannya dengan menambahkan satu pertanyaan sebelum masuk kepada aktifitas problem solving tersebut, yaitu: Masalah apa yang sedang kita hadapi?

Artikel ini dipublikasikan di majalah Shift (www.shiftindonesia.com)

Common Sense, Nonsense, and Everything in Between