Tag: problem solving

  • Apakah ini benar-benar sebuah masalah?

    Salah satu hal yang paling mengganggu saya adalah saat orang di sekitar saya mencoba menyelesaikan masalah apapun yang terlihat. Masalah di dunia ini sangat banyak, masalah di sekitar kita sangat banyak, masalah yang ada di meja kita sendiri saja sudah sangat banyak. Tetapi banyak yang merasa mereka harus menyelesaikan masalah-masalah yang sebenarnya tidak perlu diselesaikan, apalagi diributkan.

    Dari banyak referensi, saya merangkum 8 hal yang harus dijawab (more…)

  • A Rock Star Simple Way To Identify Poor Processes

    At the height of their popularity, 80s hard rock band Van Halen was known for their crazy backstage antics, which included incredibly specific food requests. But one of the strangest contract stipulations may have actually had a legitimate business purpose.

    According to their biography, “The most egregious rumor about the band was that its contract rider demanded a bowl of M&Ms backstage—with all the brown ones removed. There were tales of Roth walking backstage, spotting a single brown M&M, and freaking out, trashing (more…)

  • Sandi Morse di Perusahaan

    Ada satu artikel di Harvard Business Review yang ditulis Chip Heath yang saya suka. Dalam artikel tersebut, ia menceritakan penelitian Elizabeth Newton tentang kutukan pengetahuan. Studi yang dilakukan Newton cukup sederhana. Ia meminta 2 orang dimana mereka memilih salah satu dari dua peran: “Pendengar” dan “Pengetuk”.

    Setiap pengetuk diminta untuk memilih dengan baik lagu populer, seperti “Happy Birthday to You”, dan kemudian mengetuk meja sesuai irama lagu tersebut. Pekerjaan pendengar adalah menebak lagu yang diketuk tersebut. Selama studi ini, 120 lagu diketuk. Pendengar hanya bisa menduga tiga lagu dengan benar, artinya rasio keberhasilan hanya 2,5%. (more…)

  • Lemari Buku Baru: Cerita IKEA Effect!

    Saya dan istri memutuskan membeli lemari untuk menampung buku-buku yang makin menumpuk tidak karuan di ruang kerja. Setelah mencari cukup lama, akhirnya diputuskanlah untuk membeli lemari putih dari IKEA, dengan pintu kombinasi kaca dan kayu. Lemari yang cantik.

    Bagi Anda yang sudah kenal IKEA, atau pernah berbelanja di IKEA, tentu paham bahwa kita akan diberikan unit yang belum dirakit. Komponen-komponen dan beberapa bilah kayu yang jika dipasang dengan benar akan menjadi persis seperti unit contoh. Pulang ke rumah, saya mengambil perkakas yang dibutuhkan dan mulai merakit. Persis seperti bermain LEGO.

    Saya menghabiskan 2-3 jam untuk merakit penuh 2 unit lemari tersebut. Pada lemari kedua, salah satu pintu ternyata tidak terpasang dengan rata, selisih ketinggian 1 milimeter dengan pintu lainnya. Tapi setelah saya lihat dan pandangi dari beberapa sudut, ah tidak signifikan, tidak ada yang melihat itu selain saya. Saya yakin, istri saya juga tidak akan notice kecuali ia membaca artikel ini.

    IMG_0266

    Cantik sekali lemari itu setelah dirakit. Beberapa kali saya pandangi dalam 2-3 hari ini. Sedikit narcistic, saya cukup kagum dengan hasil karya ini. Hingga kemudian saya membaca 1 riset yang menghasilkan terminologi The IKEA Effect!

    Hasil riset ini menunjukkan bahwa ketika orang menggunakan tenaga mereka sendiri untuk membangun sebuah produk tertentu, mereka memberi nilai lebih daripada jika mereka tidak menempatkan usaha apapun ke proses pembentukannya, bahkan jika hasil pekerjaan ini kurang baik.

    Prinsipnya adalah jika kita telah menginvestasikan waktu dan tenaga saya membuatnya, maka kita cenderung memberi valuasi lebih atas hasilnya, walaupun hasilnya jelek. Menarik! Nah, bagaimana Anda menggunakan IKEA Effect ini di perusahaan Anda?

    The “IKEA Effect”: When Labor Leads to Love: http://www.hbs.edu/faculty/Publication%20Files/11-091.pdf

  • Tips: Cara Bertanya – Asking The Right Questions

    “If you do not know how to ask the right question, you discover nothing.” ~ Edward Deming

    Apakah Anda pernah berada di situasi dimana Anda sedang melakukan fasilitasi sesi diskusi atas suatu masalah atau peluang perbaikan dan kemudian ada pertanyaan yang kemudian mengubah semua arah diskusi ke arah yang tidak lagi positif? Saya yakin Anda pernah.

    Anda sedang membahas mengenai mengapa sebuah proses berjalan lebih lambat dari standar yang ada, dan kemudian muncul pertanyaan dari peserta diskusi: “siapa yang memperlambat?” atau tiba-tiba “apa solusinya?” tanpa memperjelas masalah apalagi akar masalahnya, atau “bagaimana kalau kita tingkatkan kedisiplinan?” yang langsung blame the people. (more…)