Common Sense, Nonsense, and Everything in Between

Jalan Jalan ke Tasikmalaya

Kalau kemarin sudah ke Ciamis dan mengalami sedikit cultural shock, maka kali ini saya sudah memikirkan secara seksama langkah-langkah yang harus dilakukan. Saya dan Ike kemudian memutuskan untuk meninggalkan Ciamis 2 malam. Tinggal di Hotel Santika, yang merupakan the best in town. Kasihan juga dengan Ike yang selama 2 minggu tidak melihat peradaban. Apalagi Aiden, kalau di Bandung, setiap minggu selalu melihat keramaian di PVJ, kali ini hanya melihat 3 ekor kucing dan beberapa ekor ayam.

2013-10-12 19.27.09

Tasikmalaya bisa ditempuh hanya dalam 30 menit. Kota ini jauh lebih berkembang daripada Ciamis. Tidak jelas apa yang membuat Tasikmalaya lebih berkembang. Keduanya sama-sama ibukota Kabupaten, kalau tidak salah ya. Keduanya bukan berada di pesisir pantai dan keduanya sama-sama dilintasi jalur kereta api (saya akan cerita lagi pengalaman naik kereta api) plus Jalan Nasional. Jadi secara geografis seharusnya sih seimbang, tapi perkembangannya berbeda. Mungkin juga sih dari awal sudah beda.

Di Tasik, yang bisa dilakukan lebih beragam, mulai dari wisata kuliner, arena bermain seperti waterpark, ada mal dan shopping center, dan cukup banyak international brands, misalnya McDonald’s, KFC, Pizza Hut, Breadtalk. Sekilas, miriplah dengan Pekanbaru.

Untuk wisata, yang bisa dicoba adalah Situ Gede dan Gunung Galunggung. Keduanya mudah diakses. Gunung Galunggung dalam 30 menit dan Situ Gede dalam 10 menit.

2013-10-13 09.18.51

2013-10-13 09.23.59

Di Situ Gede, aktivitas yang direkomendasi cuma 2, naik perahu keliling situ dan makan ikan bakar. Not bad.

Gunung Galunggung mestinya lebih keren. Hanya saja, untuk mencapai viewing spot untuk kawah, harus menaiki anak tangga sebanyak 620. Berhubung yang dibawa adalah Aiden yang pastinya minta digendong (he is now 15-16 kgs), plus pregnant wife, rasanya ini misi yang bisa ditunda 🙂

Look at the stair:
2013-10-13 10.51.58

Nah, paling seru soal kuliner. Ada beberapa yang bisa saya rekomendasikan. Yang pertama tentu saja adalah RM Saung Hegar Sari. Restoran dalam format saung ini makanannya menurut saya enak, ayam cabe hijau, sate maranggi, sup gurame, semua enak. Suasananya juga pas, adem, dan sangat enak buat makan rame-rame sambil ngobrol. Top lah tempat ini. Lokasi di Jalan BKR, setelah di BKR tanya saja ke siapa saja yang bisa ditemui.

2013-10-14 13.03.04

Rekomendasi kedua, ini selain lokasinya pas, yaitu persis di seberang Hotel Santika, juga karena sajiannya emang top. Namanya, Sop Ayam Pak Min Klaten / Pak Sipit. Sop ini benar-benar sedap. We had it like two days in a row 🙂 Saking sukanya. Sekalian sebenarnya mau cari yang mana Pak Sipit ini dan mau adu sipit. Sayangnya Pak Sipit ini ga pernah keliatan.

Ada beberapa makanan yang sudah diuji juga. Mie Baso Gunung Pereng yang katanya kesohor. Rasanya sih biasa saja. I’m a noodle person. I know what I’m talking about. Their noodle is over-rated by some and tasted average. Cara masaknya masih tradisional, pakai arang! 🙂

2013-10-13 12.47.30

Kalau mau mencari makanan yang khas Tasik, jawabannya adalah Tutug Oncom alias TO. Nasi TO ini menurut saya sih enak. Pas baca-baca di blog lain, ternyata Nasi TO ini adalah makanan pas zaman susah. Berhubung tidak bisa beli lauk, akhirnya mereka cuma mencampur oncom dengan nasi, dan mereka tidak tahu kenapa tiba-tiba Nasi TO ini malah kemudian populer dan jadi ciri khas Tasik. Di Santika sih tiap sarapan selalu ada menu ini. I kinda like it.

Overall, Tasik is liveable.

Common Sense, Nonsense, and Everything in Between